Dokumen - Hutan dan Perubahan Iklim

Membaca Jejak Perubahan Iklim: Bunga Rampai Pengalaman Lapang CSF untuk Keadilan Iklim (2009)

Buku ini berisi cara pandang, pengalaman dan bacaan CSF memahami perubahan iklim. Isi buku merupakan rangkaian perjalanan berbagai inisiasi yang dilakukan masyarakat sipil bersama komunitas. Proses perjalanan yang didokumentasikan ini diharapkan mampu member gambaran utuh bagi pemerintah, masyarakat, atau praktisi lingkungan hidup mengenai kondisi nyata yang dihadapi masyarakat Indonesia. Jumlah halamannya bagian 1 – 50, bagian 2 – 23 (Membaca Jejak Perubahan Iklim, 2009).


Deklarasi Palangka Raya tentang Deforestasi dan Hak-Hak Masyarakat Hutan

Kami, masyarakat hutan, dipaksa bertahan sekuatnya hanya agar bisa bertahan hidup. Semakin jelas kini bahwa upaya memeriksa deforestasi membutuhkan penghormatan terhadap hak-hak asasi kami, yang juga merupakan hak-hak asasi seluruh masyarakat dan manusia. Deforestasi merebak saat hak-hak kami tidak terlindungi dan tanah-tanah dan hutan-hutan kami diambil alih oleh kepentingan industri tanpa persetujuan kami. Namun, bukti-bukti semakin menguatkan bahwa ketika hak-hak masyarakat terjamin maka deforestasi dapat dihentikan dan bahkan dibalikkan. Kami menyerukan adanya perubahan kebijakan untuk meletakkan hak dan keadilan di pusat upaya-upaya deforestasi. Dunia sudah tidak dapat lagi menunda-nunda. (Deklarasi Palangka Raya, 2014)


Panduan tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat

Tujuan publikasi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang perubahan iklim sehingga kita akan mendapat bekal lebih baik untuk berpartisipasi secara lebih efektif dalam membentuk kebijakan dan aksi yang relevan untuk menangani persoalan ini. Publikasi ini juga bertujuan untuk memberi pengetahuan yang lebih dalam kepada mereka yang bukan-masyarakat-adat tentang pengalaman dan perspektif kita sendiri menyangkut perubahan iklim. (Tebtebba, 2009; diterjemahkan oleh Down to Earth, 2010-2011)


Berakhirnya Daerah Pedalaman

Sudah sejak dahulu kala, hutan dipandang sebagai daerah pedalaman: daerah terpencil dan terbelakang, yang sebagian besar dikendalikan oleh pelaku dari luar, dan seringkali masyarakat perkotaan, dianggap memberi sedikit manfaat bagi pembangunan nasional atau dunia, kecuali sekadar sebagai pemasok sumberdaya bernilai rendah. Tahun 2009 menandai berakhirnya zaman ini. Belum pernah terjadi sebelumnya bahwa hutan dijadikan bahan utama untuk tawar-menawar dalam negosiasi iklim dan pasar. (Rights and Resources Initiative, 2010)


Pembangunan Berkelanjutan dalam praktek: Pembelajaran dari Amazonas

Dalam buku “Pembangunan Berkelanjutan dalam Praktek: Pembelajaran dari Amazonas” mantan Sekretaris Negara untuk Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan di Amazonas, salah satu negara bagian Brasil dengan hutan yang sangat luas, Virgilio M. Viana, berbagi pengalamannya sebagai pembuat keputusan dalam masa perubahan. (Internasional Institute for Environment and Development, 2010)


© 2024 Copyright LifeMosaic
LifeMosaic adalah lembaga nir laba yang tercatat (Nomer pencatatan : SC300597) dan lembaga amal tercatat di Skolandia dengan nomer SC040573